DI INDONESIA
Perkembangan pendidikan kebidanan di indonesia
mengalami dinamika pasang surut sejalan dengan pekbangan kebijakan dalam
pembangunan kesehatan. Pendidikan kebidanan pernah ditutup selama 9
tahun, yaitu dari tahun 1976 – 1986. dan kemudian dibuka lagi dengan
program bidan dan lulusan SPK. Pendidikan bidan yang pada awalnya
dipersiapkan untuk menolong persalinan , kemudian berkembang sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, serta permasalahan
di bidang kesehatan. Hal ini mendorong untuk peningkatan pendidikan
bidan ke arah pendidikan profesional sesuai dengan tuntutan pembangunan
dibidang kesehatan dan tuntutan profesi.
Hampir semua bidan tingkat
pendidikannya belum profesional. Bidan yang bekerja di rumah sakit dan
puskesmas lebih kurang 40-60% merasa tidak adekwat dalam melaksanakan
keterampilan tehnik kebidanan. Pelatihan – pelatihan yang diterima bidan
dirasa sangat kurang. Hal itu dilatar belakangi oleh tingkat pendidikan
yang berbeda, yaitu dari lulusan SPK ditambah pendidikan Bidan selama 1
tahun (PPB A), Lulusan SLTP diambah pendidikan bidan selama 3 tahun
(PPB C), dari lulusan akper ditambah pendidikan bidan selama 1 tahun
yang dilanjutkan dengan post graduate training dan pendidikan akta IV
masing – masing selama 3 bulan (PPB B). Yang terkhir dimaksudkan untuk
menjadi tenaga pengajar pada institusi pendidikan penyelenggara PPB A
dan C. Mulai tahun 1996 mulai dibuka program pendidikan DIII kebidanan
yang merupakan jalur profesional. Program ini terdiri dari 2 jalur yaitu
jalur umum dari SMU (6 semester) dan jalur khusus dari tenaga bidan A,
B, C (5 semester). Proses pendidikan di Indonesia masih belum adekwat.
Hal ini disebabkan antara lain :
1. kurikulum yang dalam
pelaksanaannya masih perlu disesuaikan dengan perkembangan dalam
pembangunan kesehatan khususnya kebidanan.
2. tenaga pengajar. Dosen yang mengajar harus memiliki pendidikan minimal 1 tingkat diatasnya.
3.
sarana dan pra sarana yang perlu ditingkatkan adalah laboratorium,
simulasi kebidanan, perpustakaan dengan pengelolaan yang profesional
serta laboratorium bahasa dan komputer.
4. lahan praktik, harus mampu
memberikan kesempatan seluas – luasnya dan dapat memberikan bimbingan
seoptimal mungkin dengan tenaga instruktur yang profesional dan role
model yang dapat membantu pencapaian kompetensi.
0 komentar:
Posting Komentar