A. DI AUSTRALIA
Kebidanan dan keperawatan di Australia dimulai
dengan tradisi dan latihan yang dipelopori oleh Florence Nightingale
pada abad ke-19. Pada tahun 1824 kebidanan masih belum dikenal sebagai
bagian dari pendidikan medis di Inggris dan Australia. Kebidanan masih
banyak didominasi oleh dokter.
Sebagian besar wanita yang melahirkan
tidak dirawat dengan selayaknya oleh masyarakat. Ketidakseimbangan
seksual dan moral di Australia telah membuat prostitusi berkembang
dengan cepat. Hal ini menyebabkan penduduk wanita banyak yang hamil dan
jarang dari mereka yang dapat memperoleh pelayanan dari bidan maupun
dokter karena status sosial mereka.
Pendidikan Bidan yang pertama
kali di Australia dimulai pada tahun 1862. lulusan waktu itu telah
dibekali dengan pengetahuan teori dan praktik. Pendidikan diploma
kebidanan dimulai pada tahun 1893 dan mulai tahun 1899 hanya bidan yang
sekaligus perawat yang telah terlatih yang boleh bekerja di rumah sakit.
Pada
tahun 1913 sebanyak 30% persalinan ditolong oleh bidan. Meskipun ada
peningkatan jumlah dokter yang menangani persalinan antara tahun 1900
sampai 1940, tidak ada penurunan yang berarti pada angka kematian ibu.
Bidan terus disalahkan akan hal itu. Kenyataannya, wanita kelas menengah
keatas yang ditangani oleh dokter dalam persalinannya mempunyai resiko
infeksi yang lebih besar daripada wanita miskin yang ditangani oleh
Bidan.
Kebidanan di Australia telah mengalami perkembangan yang pesat
sejak 10 tahun terakhir. Dasar pendidikan telah berubah dari
tradisional hospital based programme menjadi tertiary course of studies
untuk menyelesaikan kebutuhan pelayanan dari masyarakat. Tidak semua
institusi pendidikan kebidanan di Ausralia yang telah melaksanakan
perubahan ini, beberapa masih menggunakan program pendidikan yang
berorientasi pada rumah sakit.
Kekurangan yang dapat dilihat pada
pendidikan kebidanan di australia hampir sama dengan pelaksanaan
pendidikan di indonesia. Belum ada persamaan persepsi mengenai
pengimplementasian kurikulum di masing – masing institusi, sehingga
lulusan bidan mempunyai kompetensi klinik yang berbeda tergantung dari
institusi pendidikannya. Hal ini ditambah dengan kurangnya kebijakan
formal dan tidak adanya standar nasional. Menurut national review of
nurse education 1994, tidak ada direct entri untuk pendidikan bidan di
australia. Mahasiswa kebidanan harus menjadi perawat dahulu sebelum
mengikuti pendidikan bidan. Sebab di australia kebidanan masih menjadi
sub spesialisasi dalam keperawatan. Didalamnya termasuk pendidikan
tentang keluarga berencana, kesehatan wanita, perawatan ginecologi,
perawatan anak, kesehatan anak dan keluarga, serta kesehatan neonatus
dan remaja. Adanya peraturan ini semakin mempersempit peran dan ruang
kerja bidan.
Literatur yang tersedia bagi mahasiswa kebidanan masih
kurang. Kurikulum yang ada sekarang ini dirasakan hanya sesuai untuk
mahasiswa pemula saja atau intermedier sehingga kadang – kadang
mahasiswa yang sudah terlatih di keperawatan kebidanan diberi porsi yang
sama seperti pemula atau sebaliknya. Mahasiswa yang sebelumnya telah
mendapat pendidikan kebidanan di keperawatan akan membawa konsep sakit
(transisi dari filosofi sakit ke filosofi sehat) dalam kebidanan sedikit
banyak akan menyulitkan mahasiswa.
B. DI AMERIKA SERIKAT
Pada sekitar tahun 1700, para ahli sejarah memperhitungkan bahwa angka
kematian ibu di amerika serikat adalah sebanyak 95%. Wanita menjalani
persalinan tidak dengan rasa bahagia, tetapi dengan perasaan takut pada
kematian meskipun beberapa diantara mereka sudah ditolong oleh dokter.
Salah satu alasan kenapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah
untuk mengikis praktik sihir yang masih ada saat itu. Wanita mulai
melihat masalah – masalah dalam persalinan sebagai sesuatu yang alami,
dimana dokter memegang kendali. Dokter banyak memberikan obat – obatan
tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual.
Tahun 1765 pendidikan
formal untuk bidan mulai dibuka. Filofofi bahwa kelahiran bayi adalah
sesuatu hal yang normal dan tidak dapat dipisahkan oleh kodrat wanita,
mulai dibangun oleh bidan. Pada akhir abad ke 18, banyak kalangan medis
yang berpendapat bahwa secara emosi dan intelektual wanita tidak dapat
belajar dan menerapkan metode obstetrik. Pendapat ini digunakan untuk
memfitnah bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung, tidak
mempunyai banyak uang, tidak terorganisir, tidak melihat diri mereka
sebagai seorang yang profesional. Sejak awal 1900 setengah persalinan di
amerika serikat ditangani oleh dokter, bidan hanya menangai
persalinannya wanita yang tidak mampu membayar dokter.
Tahun 1915
dokter joseph de lee menyatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses
patologis dan bidan tidak mempunyai peran didalamnya. Ia memberlakukan
protap pertolongan persalinan di amerika serikat yaitu : memberikan
sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi, memberikan
ether pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forcep,
ekstraksi placenta, memberikan uterotonika, serta menjahit episiotomi.
Akibat protap tersebut kematian ibu mencapai angka 600 – 700 kematian
per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900 – 1930 dan sebanyak 30 – 50 %
wanita melahirkan dirumah sakit. Tahun 1940 dokter Grantly Dick
meluncurkan buku tentang persalinan alamiah. Hal ini membuat para
spesialist obstetrist berusaha meningkatkan peran tenaga diluar medis
termasuk Bidan.
Tahun 1955American College of Nurse – Midwifery
(ANCM) dibuka. Pada tahun 1971 seorang bidan di Tennesche mulai menolong
persalinan secara mandiri di sebuah institusi kesehatan. Pada tahun
1979 badan pengawasan obat Amerika menyatakan bahwa ibu bersalin yang
menerima anastesi dalam dosis tinggi telah melahirkan anak – anak yang
mengalami kemunduran perkembangan psikomotor. Hal ini membuat masyarakat
tertarik pada proses persalinan alamiah, persalinan dirumah dan memacu
peran bidan. Pada era 1980-an, ANCM membuat pedoman alternatif lain
dalam pelayanan persalinan dan mengubah pernyataah yang negatif tentang
home birth.
Pada tahun 1980-an, dibuat legalisasi tentang praktek
profesional bidan. Hal ini membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan
lahan praktek yang spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur
profesi tersebut.
Saat ini, amerika serikat merupakan negara yang
menyediakan perawatan maternitas termahal di dunia, tetapi sekaligus
merupakan negara industri yang paling buruk dalam hasil perawatan
antenatal diantara negara – negara industri lainnya. Bidan menangani
1,1% persalinan di tahun 1980, 5,5% di tahun 1994. Angka sectio secaria
menurun dari 25% di tahun 1988 menjadi 21% di tahun 1995. penggunaan
forcep menurun dari 5,5% ditahun 1989 menjadi 3,8% ditahun 1994.
C. DI SELANDIA BARU
Di
selandia baru telah mempunyai peraturan mengenai praktisi kebidanan
sejak 1904 tetapi lebih dari 100 tahun yang lalu, lingkup praktik bidan
telah berubah secara berarti sebagai akibat dari meningkatnya
hospitalisasi dan medikalisasi dalam persalinan. Dari tenaga yang
bekerja dengan otonomipenuh dalam persalinan normal di awal tahun 1900,
secara perlahan bidan menjadi asisten dokter. Dari bekerja di masyarakat
bidan sebagian besar mulai bekerja di Rumah sakit area tertentu,
seperti klinik antenatal, ruang bersalin dan ruang nifas. Kehamilan dan
persalinan menjadi terpisah. Dalam hal ini bidan kehilangan pandangannya
bahwa persalinan adalah kejadian normal dalam kehidupan dan peran
mereka sebagai pendamping kejadian tersebut. Selain itu bidan menjadi
ahli dalam memberikan intervensi dan asuhan maternitas yang penuh dengan
pengaruh medis.
Di Selandia baru para wanitalah yang berusaha
melawan model asuhan persalinan tersebut dan menginginkan kembalinya
bidan tradisional yaitu seorang yang berada disamping mereka dalam
melalui kehamilan sampai 6 minggu setelah kelahiran bayi. Mereka
menginginkan bidan yang percaya pada kemampuannya untuk menolong
persalinan tanpa intervensi medis, dan memberikan dukungan bahwa
persalinan adalah proses yang normal. Wanita – wanita di selandia baru
ingin mengembalikan kontrol dalam diri mereka, dan menempatkan diri
mereka sebagai pusat kejadian tersebut, bukan obyek dari medikalisasi.
Pada
era 1980-an bidan bekerja sama dengan wanita untuk menegaskan kembali
otonomi bidan dan sama – sama sebagai rekanan. Mereka telah membawa
kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang
profesionalisasi praktik bidan. Sebagian besar bidan di selandia baru
mulai memilih untuk bekerja secara independen dengan tanggungjawab yang
penuh pada klien dan asuhannya dalam lingkup yang normal. Lebih dari 10
tahun yang lalu pelayanan maternitas telah berubah secara dramatis. Saat
ini 86% wanita mendapat pelayanan dari bidan dari kehamilan sampai
nifas dan asuhan berkelanjutan yang hanya dapat dilaksanakan pada
persalinan di rumah. Sekarang disamping dokter, 63% wanita memilih bidan
sebagai salah satunya perawat maternitas, dan hal ini terus meningkat.
Ada suatu keinginan dari para wanita agar dirinya menjadi pusat dari
pelayanan maternitas.
Model kebidanan yang digunakan di Selandia baru
adalah partnershiip antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan,
keterampilan dan pengalamannya serta wanita dengan pengetahuan tentang
kebutuhan dirinya dan keluarganya serta harapan – harapan terhadap
kehamilan dan persalinan. Dasar dari model partnership adalah komunikasi
dan negoisasi.
D. DI CANADA
Ontario adalah provinsi
pertama di canada yang menerbitkan peraturan tentang kebidanan setelah
sejarah panjang tentang kebidanan yang ilegal dan berakibat pada
meningkatnya praktik bidan yang tidak berijin. Seperti selandia baru,
wanitalah yang menginginkan perubahan, mereka bicara tentang pilihan
asuhan dan keputusan yang dibuat.
Model kebidanan yang dipakai di
ontario berdasarkan pada definisi ICM tentang Bidan yaitu seorang tenaga
yang mempunyai otonomi dalam lingkup persalinan yang normal. Bidan
mempunyai akses kepada rumah sakit maternitas dan wanita mempunyai
pilihan atas persalinan dirumah atau dirumah sakit. Selandia baru dan
canada sama – sama menerapkan model partnersip dalam asuhan kebidanan.
Beberapa aspek didalamnya antara lain : hubungan dengan wanita, asuhan
kebidanan, informed choise, informed chonsent, praktik bidan yang
memiliki otonomi dan fokus pada normalitas kehamilan dan persalinan.
Dalam membangun dunia profesi kebidanan yang baru, selandia baru dan
canada membuat suatu sistem baru dalam mempersiapkan bidan – bidan untuk
registrasi. Keduanya memulai dengan suatu keputusan bahwa bidanlah yang
dibutuhkan dalam perawatan maternitas. Ruang ligkup praktik bidan di
kedua negara tersebut tidak keluar dari jalur yang telah ditetapkan ICM.
Yaitu bidan yang bekerja dengan otonomi penuh dalam lingkup persalinan
normal, atau pelayanan maternitas primer. Bidan bekerja dan
berkonsultasi dengan ahli obstetri bila terjadi komplikasi pada ibu
serta bayi memerlukan bantuan dari pelayanan maternitas sekunder. Bidan
di kedua negara tersebut mempunyai akses fasilitas rumah sakit tanpa
harus bekerja di rumah sakit. Mereka bekerja di rumah atau dirumah sakit
maternitas.
Selandia baru dan canada menerapkan program direct
entry selama 3 tahun dalam pendidikan bidan. Sebelumnya, di selandia
baru ada perawat kebidanan dimana perawat dapat menambah pendidikannya
untuk menjadi seorang bidan sedangkan di canada tidak ada. Bagaimanapun
kedua negara tersebut yakin bahwa untuk mempersiapkan bidan yang dapat
bekerja secara otonom dan dapat memberikan dukungan kepada wanita untuk
mengontrol persalinannya sendiri. Penting untuk mendidik wanita yang
sebelumnya belum pernah berkecimpung dalam sistem kesehatan yang
menempatkan kekuatan dan kontrol medis. Karena itu program direct entry
lebih diutamakan.
Kedua negara tersebut menggunakan dua model
pendidikan yaitu pembelajaran teori dan magang. Pembelajaran teori
dikelas difokuskan pada teori dasar yaitu pembelajaran teori dan magang.
Pembelajarn teori di kelas difokuskan pada teori dasar, yang akan
melahirkan bidan – bidan yang dapat mengartikulasikan teorinya sendiri
dalam praktik, memanfaatkan penelitian dalam praktik mereka dan berfikir
kritis tentang praktik. Dilengkapi dengan belajar magang, dimana
mahasiswa bekerja dengan bimbingan dan pengawasan bidan yang berpraktik
dalam waktu yang cukup lama. Bidan tersebut memberikan role model yang
penting untuk proses pembelajaran. Satu mahasiswa akan bekerja dengan 1
bidan, sehingga mereka tidak akan dikacaukan dengan bermacam – macam
model praktik. Mahasiswa bidan juga akan mulai belajar tentang model
partnership. Model ini terdiri dari : partnership antara wanita dan
mahasiswa bidan, mahasiswa bidan dengan bidan, mahasiswa bidan dengan
guru bidan, guru bidan dengan bidan, partnership antara program
kebidanan dengan profesi kebidanan, serta program kebidanan dengan
wanita.
Partnership ini menjaga agar program pendidikan tetap pada
tujuan utamanya, yaitu mencetak bidan – bidan yang dapat bekerja secara
otonom sebagai pemberi asuhan maternitas primer. Selandia baru dan
canada telah sukses dalam menghidupkan kembali status bidan dan status
wanita. Keselarasan antara pendidikan bidan dan ruang lingkup praktik
kebidanan adalah bagian penting dari sukses tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar